Pernah mendengar tentang GMO atau Genetically Modified Organisms? Pernah juga mendengar bahwa GMO berbahaya jika sampai dikonsumsi manusia? Semakin kita sadar tentang hidup sehat, semakin banyak yang harus kita perhatikan saat memilih makanan untuk dikonsumsi. Salah satu yang sempat jadi perhatian adalah produk pangan yang mengandung GMO, atau organisme seperti tanaman atau tumbuhan yang sudah mengalami rekayasa genetik.
GMO dianggap tidak baik
Beberapa produsen makanan sehat secara jelas mencantumkan bahwa mereka produk mereka bebas dari organisme seperti ini. Hal ini kemudian diartikan oleh masyarakat awam bahwa GMO adalah sesuatu yang tidak sehat.
GMO semakin dianggap buruk setelah beberapa pesan yang tersebar di messenger dan media sosial menjabarkan tentang bahayanya. Di situ, GMO disebut beracun, bisa menyebabkan tumor, dan sudah dilarang di negara-negara yang lebih maju.
Pesan-pesan yang entah siapa penulisnya itu juga menyebutkan beberapa produk makanan yang dianggap mengandung GMO berbahaya. Contohnya adalah buah tomat merah, jagung manis, dan ubi jalar ungu.
Berasal dari bakteri dan virus
Stigma negatif mengenai GMO bisa jadi disebabkan oleh proses yang digunakan untuk memodifikasi gen suatu organisme. Pada proses ini, DNA dikembangkan di dalam bakteri lalu dimasukkan dalam suatu organisme melalui bantuan virus. Bakteri dan virus adalah dua hal yang kita tidak ingin ada dalam makanan, sehingga wajar apabila ada anggapan buruk tentang GMO.
Punya banyak keuntungan
Meski menggunakan bakteri dan virus, ada alasan GMO terus dikembangkan. Pada tumbuhan, khususnya yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan seperti padi, jagung, ubi, kedelai, dan semacamnya, GMO dikembangkan untuk menciptakan varietas yang lebih baik. Misalnya menjadikan tanaman lebih cepat tumbuh, tahan terhadap hama, tidak mudah busuk, dan sebagainya. Ke depannya, bukan tidak mungkin tumbuhan GMO justru bisa membantu kita untuk beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah-ubah.
Soal efek negatif konsumsi GMO, Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Adil Basuki Ahza mengatakan bahwa produk pangan yang mengandung GMO bisa dibilang aman. Karena sebelum dilepas ke pasar, produk-produk tersebut harus lebih dulu lolos serangkaian tes seperti tes struktur, toksisitas, dan uji hewan. Setelah lolos uji hewan, produk dilepas kepada masyarakat secara terbatas, baru kemudian dipasarkan masal.
Kalian mungkin sudah pernah mengonsumsi GMO
Meskipun terdengar seperti istilah baru, GMO sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Ada banyak produk jagung, kedelai, dan beras di pasaran yang merupakan hasil rekayasa genetik. Teknologi ini harus digunakan karena proses produksi pangan secara alamiah hasilnya tidak stabil dan ditakutkan tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak.
“Suka atau tidak suka kita pasti akan makan makanan yang dimodifikasi genetik untuk mengejar pertambahan manusia,” kata Adil, seperti yang dikutip Liputan6.com.
Masih takut mengonsumsi bahan pangan rekayasa genetik?
Keamanan bahan pangan rekayasa genetik juga sudah dikonfirmasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. “Makanan yang mengandung GMO sama sehat dan amannya seperti makanan serupa yang tidak mengandung GMO. Malah, tumbuhan GMO sebetulnya sudah dimodifikasi agar memiliki nutrisi lebih banyak,” mereka menjelaskan.
Maka dari itu, menghindari bahan pangan rekayasa genetik sama sekali mungkin bukan salah satu cara untuk hidup lebih sehat. Daripada GMO, lebih baik kalian memilih bahan pangan yang memiliki nilai gizi lebih baik. Pastikan kalian mengonsumsi makanan yang bersih dan bernutrisi cukup.
Lengkapi dengan konsumsi serat dari buah-buahan, sayur mayur, kacang-kacangan, dan sejenisnya. Jika dirasa belum cukup, gunakan FiberCreme sebagai pengganti santan dan susu. Dengan kandungan serat yang tinggi dan rasa yang creamy, FiberCreme bantu memenuhi kebutuhan serat harianmu sambil memperbaiki rasa dari makanan sehat yang kalian konsumsi sehari-hari.
0 Komentar