Buat kamu yang suka jajanan tradisional, pasti nggak asing dengan dodol dan jenang. Keduanya sama-sama manis, bertekstur kenyal, dan sering disajikan di berbagai acara atau jadi oleh-oleh khas daerah. Tapi, kamu tahu nggak kalau sebenarnya dodol dan jenang itu berbeda? Nggak cuma dari namanya, tapi juga dari sejarah dan cara pembuatannya. Nah, biar nggak salah sebut lagi, yuk cari tahu perbedaan dodol dan jenang lewat artikel ini. Kita bahas dari asal usul sampai ke cita rasanya yang khas!
Perbedaan Dodol dan Jenang
Berikut adalah beberapa perbedaan dodol dan jenang, dari sejarah hingga cita rasa khasnya.
1. Asal Usul dan Sejarah
Meskipun sama-sama merupakan bagian dari kuliner tradisional, dodol dan jenang berasal dari daerah yang berbeda. Dodol dikenal luas berasal dari daerah Garut, Jawa Barat, yang kemudian populer dengan sebutan dodol Garut. Sementara itu, jenang lebih identik dengan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti jenang Kudus yang cukup terkenal.
Dari sisi sejarah, dodol disebut-sebut sebagai bagian dari budaya Melayu yang telah berkembang sejak zaman dahulu dan banyak ditemukan juga di wilayah Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Filipina. Sedangkan jenang berkembang kuat dalam budaya Jawa dan sering kali disajikan dalam acara adat seperti selamatan dan pernikahan.
2. Bahan Baku Utama
Perbedaan dodol dan jenang juga terlihat dari bahan utamanya. Dodol umumnya terbuat dari campuran tepung ketan, santan, dan gula merah, terkadang juga diberi tambahan durian, cokelat, atau rasa lainnya.
Sementara jenang juga berbahan dasar tepung ketan dan santan, namun tak jarang ditambahkan tepung beras dan pati, tergantung jenis jenangnya. Jenang juga biasanya lebih kental dan padat, serta menggunakan pewarna alami seperti daun pandan untuk mempercantik tampilan.
3. Proses Pembuatan
Dari segi proses pembuatan, keduanya sama-sama membutuhkan waktu dan tenaga ekstra karena harus terus diaduk dalam waktu lama agar tidak gosong dan menghasilkan tekstur yang kental.
Namun, proses pembuatan dodol biasanya lebih panjang dan membutuhkan suhu panas lebih tinggi untuk mencapai tingkat kekenyalan yang pas. Dodol dimasak dalam wajan besar dengan api sedang hingga mengental dan bisa dibentuk. Di sisi lain, jenang cenderung lebih mudah dibentuk dan tidak terlalu lengket setelah matang, meskipun tetap memerlukan proses pengadukan yang konsisten.
4. Tekstur dan Rasa
Jika dilihat sekilas, dodol dan jenang memang terlihat mirip. Namun dari tekstur dan rasa, ada perbedaan yang cukup mencolok. Dodol memiliki tekstur yang kenyal dan padat saat digigit. Rasanya juga cenderung manis legit dengan sedikit lengket.
Sebaliknya, jenang memiliki tekstur yang lebih lembut dan sedikit lebih lembek, meskipun tetap padat. Rasa manisnya lebih ringan dan biasanya disesuaikan dengan bahan tambahan seperti kacang hijau atau wijen, tergantung jenis jenangnya.
Baca Juga: 7 Ide Isian Risoles Kekinian yang Bikin Nagih, Wajib Coba!
Bikin Dodol dan Jenang Lebih Sehat? Bisa Pakai FiberCreme!
Walau tampak mirip, perbedaan dodol dan jenang cukup terlihat kalau kamu sudah tahu asal usul, bahan, hingga cita rasanya. Keduanya sama-sama mencerminkan kekayaan kuliner Indonesia yang patut dibanggakan.
Nah, kalau kamu tertarik mencoba membuat sendiri di rumah, kamu bisa lho bikin versi yang lebih sehat tanpa mengorbankan rasa. Salah satunya dengan mengganti santan pakai FiberCreme. Bubuk serbaguna ini bisa jadi alternatif santan dan susu yang lebih tinggi serat, tapi tetap creamy dan gurih, cocok banget buat adonan dodol atau jenang!
Yuk, mulai eksplor resep-resep tradisional yang lebih sehat bareng FiberCreme! Temukan ide kreasi lainnya di Instagram @FiberCreme_TV dan YouTube channel Ellenka. Siapa tahu, dodol atau jenang buatanmu jadi favorit baru di rumah!
0 Komentar