Walaupun sama-sama menyandang predikat perempuan Indonesia, kecantikan yang dimiliki para perempuan di negeri ini beda-beda jenisnya. Di setiap daerah, penduduknya punya karakteristik yang berbeda-beda untuk mendefinisikan kata “cantik.”
Untuk membuktikannya, agar kalian bisa melihat sendiri perbedaan yang di maksud, Ekspedisi Segaris kali ini akan berkunjung ke Indonesia timur dan barat. Di sana kamu akan dibawa bertemu langsung dengan para wanita lokal yang bukan hanya menunjukkan kecantikannya, tapi juga membongkar “rahasia” tentang berapa banyak uang yang harus kamu keluarkan kalau kamu tertarik menikah dengan mereka.
Belum mapan? Jangan mimpi menikahi perempuan Kupang
Perempuan Kupang, Nusa Tenggara Timur dikenal punya wajah yang manis dengan kulit eksotis. Kebanyakan juga dianugerahi hidung mancung yang menambah keelokannya. Penampilan fisik itu masih ditambah lagi dengan kemampuan menyanyi yang jempolan serta jiwa mandiri dan pekerja keras.
Kedengerannya seperti calon istri idaman kamu? Silakan saja meminang wanita Kupang, asal sanggup dengan syaratnya ya! Kalau kamu belum tau, menikah dengan wanita NTT kan butuh modal besar. Kamu bisa mengeluarkan hingga ratusan juta hanya untuk belis atau maharnya.
Jadi di NTT jumlah belis ditentukan berdasarkan latar belakang dan status sosial pihak wanita. Semakin tinggi derajatnya, jumlah belis yang diminta akan semakin tinggi. Jika pihak laki-laki tidak bisa sanggup memenuhi jumlah belis yang diminta, maka dia akan diminta untuk tinggal dan mengabdi di rumah pihak perempuan.
Jumlah belis dan isinya juga dipengaruhi budaya setempat. Lain daerah, lain juga ketentuannya. Misalnya di Manggarai, pihak laki-laki harus menyiapkan 75 hingga 100 juta rupiah untuk belis yang termasuk hewan ternak berjumlah hingga mencapai puluhan. Lalu di Sikka, seorang laki-laki harus menyiapkan 200-300 juta untuk menyiapkan mas kawin berupa gading gajah. Kemudian di Belu, belis yang disiapkan harus meliputi uang perak, uang emas, kain tenun, hewan besar seperti sapi dan kerbau, hingga tanah atau kebun.
Kedengarannya memang memberatkan, tapi pemberian belis tujuannya adalah menghargai kaum perempuan. Perempuan dipersilakan memutuskan banyaknya belis karena mereka dianggap sangat berharga, sebab dari para wanita-lah kehidupan rumah tangga bisa berjalan. Wanita-lah yang nantinya akan mengurus semua pekerjaan rumah dan melahirkan generasi selanjutnya.
Jadi laki-laki yang sudah siap menikahi perempuan Kupang memang sudah harus benar-benar siap secara finansial. Kalau belum mapan, lebih baik melihat perempuan Kupang dari kejauhan saja selagi jalan-jalan menikmati keindahan daerah ini.
Kamu masih bisa kok bertemu dengan banyak gadis Kupang di Pantai Oesapa yang jadi tempat kumpulnya anak-anak muda daerah ini. Selain memanjakan mata dengan pemandangan disana, kamu juga bakal terhibur dengan musik dan jajanan lokal yang bisa kamu nikmati dengan secangkir kopi dengan tambahan FiberCreme agar rasanya lebih creamy dan lembut.
Kalau kamu hobi mancing atau mencari pantai yang lebih tenang, ada Pantai Tablolong yang masih cenderung perawan. Pantai ini menjadi tempat berlindung ikan ketika ada badai di lautan, sehingga para pemancing pasti senang berkunjung kemari. Untuk kamu yang gak sedang ingin merenung dan menikmati semilir angin sambil melihat pemandangan kota, ada Bukit Cinta yang berupa padang rumput luas terhampar diatas kumpulan goa-goa kecil peninggalan Belanda.
Mayam yang bisa bikin pernikahan dengan wanita Aceh jadi runyam
Bicara soal daerah penghasil wanita cantik, pasti gak bisa lepas dari Aceh. Kota Serambil Mekah ini sudah terkenal sebagai “rumah” bagi perempuan-perempuan berparas elok dengan kulit putih dan hidung mancung. Banyaknya perkawinan silang di masa lampau mengakibatkan banyak juga dari mereka yang memiliki karakteristik orang-orang Arab, Cina dan India.
Kecantikan mereka makin bikin “adem” dengan balutan busana muslim dan hijab, yang sudah biasa mereka kenakan sejak kanak-kanak. Di Aceh memang tidak ada larangan untuk wanita tidak memakai hijab, tapi karena budaya Islaminya yang kental maka kebanyakan wanita yang kamu temui disana akan selalu terlihat dengan penutup kepala ini.
Tapi sama seperti meminang perempuan Kupang, mengajak wanita Aceh duduk di pelaminan butuh usaha keras dari sisi finansial. Di Aceh ada yang disebut mayam, yang singkatnya adalah mahar yang harus dibayarkan pihak pria jika ingin mengawini perempuan Aceh. Mayam sudah jadi tradisi turun-temurun dan jadi suatu kewajiban. Nilainya bervariasi, tapi satu yang pasti tentang pemberian mayam: kamu harus siap menabung sejak muda dan bekerja ekstra keras untuk mendapatkan uang.
Mayam sendiri adalah takaran emas yang berlaku di Aceh. Satu mayam sama dengan 3,3 gram emas. Jadi kalau harga emas per-gramnya adalah Rp 600.000, maka 1 mayam adalah sektiar Rp 1.980.000. Angka ini bisa naik atau turun setiap harinya, tergantung harga emas yang berlaku di pasaran.
Dan keluarga wanita sebagai pihak yang dipersilakan menentukan jumlah mayam, biasanya akan meminta 3-30 mayam dari pihak lelaki. Ada juga yang meminta lebih. Pokoknya semakin tinggi mayamnya, berarti semakin cantik, berpendidikan dan terpandang wanitanya.
Mayam memang jadi beban bagi pria yang hendak memindang gadis Aceh. Tapi ada pesan yang baik tersembunyi di balik pemberian mayam, yaitu menunjukkan keseriusan si pria. Dengan mayam yang mahal, si pria akan bekerja keras untuk mendapatkan wanita idamannya. Dan mengingat besarnya uang yang sudah dia keluarkan, maka si pria akan berpikir berkali-kali dulu untuk menyia-nyiakan hubungannya.
Bagi pihak wanita, mayam menunjukkan bahwa mempelai perempuan bukanlah orang sembarangan. Mayam menunjukkan tempatnya di masyarakat dan kualitasnya sebagai wanita yang bermartabat.
0 Komentar